LA-Streetball.com - Untuk serius menggeluti olahraga basket yang terpenting untuk dilakukan pertama kali adalah
loe harus terlebih dahulu mencintai olahraga basket itu sendiri.
Sounds cliche but it's totally true. Kecintaan terhadap basket akan membuat
loe tidak setengah-setengah dan terhindar dari kejenuhan dalam berlatih basket. Selanjutnya, buang jauh-jauh pikiran untuk menjadi populer, apalagi mengharapkan popularitas dan kesuksesan dalam waktu singkat.
Man, you know it ain't talent search audition on the tv show! Tidak ada dalam sejarah peradaban manusia kesuksesan hakiki bisa digapai secara instan. Begitu juga di olahraga basket. Bakat alami itu penting, namun itu hanya akan menjadi sia-sia jika tidak diimbangi dengan kemauan serta kerja keras. Latihan harus terus dilakukan demi mencapai kesempurnaan yang kita tahu tidak akan pernah ditemukan batasnya. Lebih lanjut lagi, kerja keras juga harus diimbangi dengan kemampuan
loe mengendalikan diri dalam mengatasi berbagai tekanan.
Workout atau latihan fisik dan
practice atau latihan basket, merupakan komponen penting bagi semua pemain. Bahkan, Kareem Abdul-Jabbar, sosok
pemain bola basket yang memang sudah memiliki bakat alam besar, masih tetap memerlukan latihan. Baginya, jika
loe ingin menjadi pemain yang benar-benar istimewa, maka
loe perlu menggabungkan antara bakat dengan latihan. Seringkali pula etos kerja yang bagus dapat mengatasi talenta minim dalam diri seseorang. "Talenta besar saya tidak akan bertahan lama jika saya tidak menggabungkannya dengan latihan. Oleh karenanya, saya merasa perlu untuk selalu memadukan kedua hal terebut," ujar Jabbar.
Pelajaran selanjutnya bisa kita petik dari pengalaman Michael Jordan. Pada tahun 1991, ia merasa bahwa persaingannya dengan Isiah Thomas (Detroit Pistons) sudah mencapai titik nadir. Terus terang ia sempat kewalahan meladeni dominasi Pistons yang mendapatkan gelar
championship "back to back" pada tahun 1989 dan 1990. Sedangkan Jordan sudah amat penasaran ingin mencicipi sensasi nikmatnya menjuarai NBA, satu hal yang tidak ia dapatkan sejak awal karir
pro nya pada tahun 1984. Namun, kegagalan demi kegagalan tersebut nyatanya tidak melemahkan Jordan sama sekali. Sebaliknya, hal itu malah membuatnya memutar otak untuk membuat segalanya berubah menjadi lebih baik.
Bekerja sama dengan
personal trainer yang juga pakar fitnes, Tim Grover, ia memutuskan untuk membentuk sebuah aktivitas
"underground" bernama The Breakfast Club. Ini merupakan aktivitas latihan tambahan yang dilakukan untuk meningkatkan performa pemain, di luar jam latihan dari yang diberikan oleh tim pelatih Chicago Bulls. Menu makanan disiapkan serta menu latihan dilakukan mulai dari jam 9 pagi. Oleh karenanya aktivitas ini dinamakan The Breakfast Club.
Selain latihan beban, aktivitas yang dilakukan di sini di antaranya adalah latihan kelincahan dan kecepatan yang dilakukan semata-mata untuk meningkatkan
core tubuh para pemain. Jika core sudah kuat, maka performa pemain akan jauh lebih baik dan tidak gampang terkena cedera. Hasilnya, Michael Jordan bersama Chicago Bulls merajai NBA dengan meraih gelar
championship tiga musim berturut-turut alias
three-peat pada tahun 1991, 1992, dan 1993.
That was the power of practicing more than anybody else!Kemudian kembali ke lapangan. Ketika tiba waktunya
loe bertanding, maka
loe hanya akan menghadapi dua kemungkinan saja; menang atau kalah. Tiap kemenangan yang loe raih akan membawa
loe ke level yang lebih tinggi. Sebaliknya, saat kalah pun bukan berarti nir makna. Kekalahan sudah sepatutnya akan mendorong
loe untuk memperbaiki apa yang salah atau mengevaluasi diri. Seperti yang dikatakan seorang legenda besar NBA, Pat Riley: "
It is what you get from games you lose that is extremely important."
Jadi kesimpulannya, pusatkan perhatian
loe terhadap karakter diri serta pengembangan
skill loe, bukan semata sensasi dalam meraih popularitas.
Because at the end, people will see you as a baller based on how your attitude is and what skills you've got on the court, while you gonna feel the real thrills come as you got the triumph. Any thoughts? (RAI)Baca juga:
LA Streetball 2015: Challenge the World Independence is the Winner's Soul Endurance Only for the Winners Great Mentality Beats Fluidity